Rabu, 27 Mei 2015

Teologi Perjanjian Lama (Penciptaan)

PENCIPTAAN
















Teologi penciptaan adalah kepercayaan tentang Allah sebagai Pencipta alam semesta yang kompleks namun tertata rapi. Dalam Perjanjian Lama Allah di posisikan sebagai yang paling utama. Dia adalah yang sudah ada sejak permulaan dan yang akan terus ada sampai pada kesudahannya. Lalu ada yang beranggapan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan ialah bangsa Israel, hal itu dilihat dari kata penciptaan yang berbeda dalam kitab Kejadian, lalu di lihat saat bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir dengan luar biasa. Lalu bukti bahwa memang Allah lah sang Pencipta dan Dia sudah ada sejak awal penciptaan dan akan ada sampai pada kesudahannya ialah ditunjukkan dari adanya hari Sabat (dimana hari itu Allah beristirahat), itu merupakan bukti bahwa Allah lah Sang Pencipta. Dan bukti berikutnya ialah ketika Allah memberikan peraturan supaya jangan ada allah lain. Tapi sebenarnya tanpa hal-hal seperti itu kita harus memiliki kesadaran bahwa Allah lah yang menciptkan semua nya.

       Sebuah hal yang luar biasa dari sebuah penciptaan ialah bahwa sampai hari ini semua gereja Tuhan masih mengakui bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi. Berdasarkan pengakuan tersebut dapat diambil sebuah pengertian bahwa karya ciptaan Allah merupakan sesuatu yang transenden. Disini ditemukan kata "Firman Allah yang transenden”, transenden disini artinya adalah firman yang dipakai untuk mencipta. Sebenarnya menciptakan itu bukanlah hal yang susah untuk Allah, dan ketika Allah berfirman maka semuanya jadi. Sebagai bukti bahwa Allah memang benar-benar yang menciptakan ialah ketika Allah menciptakan manusia dengan nafas-Nya. Firman Allah yang transenden datang kepada mereka dalam bentuk berkat dan janji yang sangat dekat dan intim seperti napas mereka sendiri (Ulangan 30:14)





Ex nihilo is a Latin phrase meaning "out of nothing". It often appears in conjunction with the concept of creation, as in creatio ex nihilo, meaning "creation out of nothing"—chiefly in philosophical or theological contexts, but also occurs in other fields. Menurut pengertian ini dapat dipahami bahwa Allah menciptakan dunia dan isinya bukan berdasarkan dari apa yang pernah ada (atau dunia dijadikan dengan bahan-bahan daur ulang). Berdasarkan kitab Kejadian kata menciptakan (bara) hanya digunakan dalam hal penciptaan. Dan ini menjadi ciri khas yang paling kuat yaitu bahwa Allah menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, bukan dari yang ada lalu diperbaiki (daur ulang). Berdasarkan hal ini lah kita juga dapat melihat kekuasaan Allah yang luar biasa.


       Yang disoroti mengenai penciptaan dalam Kejadian ialah dalam pasal yang pertama dan kedua. dalam kedua pasal tersebut memang menyoroti hal yang berbeda. Di pasal yang pertama akan dapat dijumpai penciptaan Allah yang sistematis. Istilah Calvin, segala yang hidup adalah sebuah panggung untuk kemuliaan-Nya. Saya sangat setuju dengan istilah yang Calvin gunakan., karena dalam penciptaan di Kejadian pasal yang pertama tidak terlihat hubungan antara Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya. Berbeda dengan pasal yang kedua, di ibaratkan seperti seorang tukang periuk yang membentuk sebuah karya. Bukti yang sangat mencolok terdapat saat Allah menyediakan penolong yang ‘sepadan’, darisana lah terdapat bahwa ada hubungan antara Allah dengan manusia.

Mitos dan Sejarah Dalam Perjanjian Lama
Jika penulisan Perjanjian Lama dikatakan menggunakan mitos-mitos, saya rasa itu mungkin saja terjadi. Tujuannya penulisan dengan menggunakan mitos ialah supaya para pembacanya pada saat itu dapat mengerti. Tetapi jika dikatakan bahwa kisah penciptaan itu sebuah mitos, saya rasa itu tidak benar.
Lalu mengenai penciptaan, semua yang telah Allah ciptakan ada sesuatu yang murni berasal dari Allah. Seperti yang sudah saya jelaskan menggunakan kata ‘daur ulang’, dan bukan juga sebuah akibat dari peperangan antara terang dan gelap, sehingga terjadilah sebuah penciptaan ini. Kekuatan Allah sangat tidak terlampaui oleh kekuatan manapun.
Berikutnya berkenaan dengan Taman Firdaus. Hal ini sama sekali tidak menggambarkan tentang sebuah cerita yang akan terpola dan akan kembali seperti tatanan yang semula, tapi semua yang sedang berjalan ini akan mencapai sebuah garis akhir dan akan kembali dimulai dengan hal-hal yang baru, dan sesuai dengan pimpinan Allah.

Pemeliharaan: Hubungan Allah yang Berkesinambungan Dengan Ciptaan
  1.  Penyelesaian Ciptaan. Dalam Kejadian 2:2-3 kita tidak boleh mengartikan bahwa Allah benar-benar mengakhiri hubungannya dengan manusia. Padahal justru mulai saat itulah hubungan Allah dengan manusia semakin erat. Lalu tentang Allah beristirahat, ialah tentang hari Sabat. Dimana dalam hari itu manusia memberikan waktu untuk fokus kepada Tuhan, semakin mendekat pada Tuhan.
  2.  Pemeliharaan yang Berkesinambungan. “Dalam perjalanan waktu Roh benar-benar bekerja dalam Alam, maka perintah Allah dipenuhi. Hukum-hukum Alam, di bawah pimpinan Roh Kudus, setelah satu periode, mewujudkan rencana Allah melalui suatu proses” (Christian View of Science and Scripture, 1954, 116, suatu proses). Jadi sangatlah tidak tepat jika dikatakan bahwa kejadian-kejadian alam hanya sebuah proses alam semata, tapi ada campur tangan Tuhan juga disana. Memang kita sebagai manusia sangat susah untuk melihat pekerjaan Allah dalam sebuah proses Alam yang sudah biasanya terjadi, dan hal itu menunjukkan kita sebagai manusia yang memiliki kekurangan untuk memahami Allah. Dan sangatlah tidak diperbolehkan jika kita menyamakan Allah dengan makhluk ciptaan-Nya.
  3.  Tingkat­-Tingkat Pemeliharaan Allah. Dalam pembahasan ini akan di coba untuk kita lebih memahami tentang pemeliharaan Allah dengan menggunakan tingkatan-tingkatan. Yang pertama, manusia diciptakan Allah untuk menjadi gambaran Allah sebagai penciptanya yang menciptakan yang sempurna. Yang kedua, pemeliharan Tuhan tidak berhenti pada saat selesainya penciptaan tetapi lanjut pada proses-proses. Dimana Allah membiarkan banyak hal-hal yang sama di alami oleh benar dengan orang yang tidak benar. Dan semua yang terjadi (proses) bertujuan supaya membawa semua orang menuju kepada pertobatan (Roma 2:4).
Tingkat ketiga. Pada poin ini di sebutkan bahwa tujuannya adalah keselamatan. Dimana mujizat-mujizat terjadi. Seperti pada saat bangsa Israel yang keluar dari perbudakan di Mesir, disana ada campur tangan Allah yang special terjadi. Dari semua tingkatan pemeliharaan Allah, kita akan menjadi sependapat bahwa Allah kita adalah Allah yang setia.
Penciptaan memang berhenti pada saat Allah  menciptakan manusia. Tetapi bukan berarti Allah berhenti memperhatikan kehidupan manusia dan ciptaan tidak bisa lepas dari penciptanya. Sehingga manusia tidak bisa dikatakan sebagai ciptaan yang diciptakan dari sesuatu yang sudah ada, melainkan diciptakan dari benih-benih yang berasal dari Allah.
       Kekuasaan Allah pun tidak berhenti pada saat proses penciptaan saja, tetapi selama proses kehidupan berlangsung. Manusia diberikan potensi-potensi, sehingga jika ada sampai hari ini ada perkembangan teknologi itu semua karena manusia mengembangkan potensi yang sudah Allah berikan. Dan Allah memposisikan manusia sebagai Mitra Allah.


Sumber: Kompilasi (Tema-Tema PL & Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar