Selasa, 02 Juni 2015

Teologi Perjanjian Lama (Manhood & Womanhood)

MANHOOD & WOMANHOOD


LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Penciptaan Laki-Laki dan Perempuan
  ·         Hubungan Khusus Dengan Ciptaan
Asal mula manusia yang bahan utamanya ialah ‘debu dan tanah’, ini sangat jelas menggambarkan sebuah hubungan antara Allah dengan ciptaannya. Karena manusia diciptakan bukan berasal dari hewan tapi dari debu dan tanah. Dan janji-janji yang Allah berikan kepada manusia seringkali ditandai dengan kepemilikan atas sebuah tanah. Dan ketika janji-janji yang Allah berikan kepada manusia itu berupa kepemilikan atas tanah, itu berarti bahwa manusia memiliki kuasa atas tanah atau bumi ini. Oleh sebab itu sangat disayangkan jika ada manusia yang sampai hari ini masih percaya kepada mitos-mitos seperti angka 13, padahal dengan janji itu Allah memberikan kuasa kepada manusia untuk memerintah.
  ·         Hubungan Khusus Antara Orang-Orang
Manusia yang diciptakan itu sudah sesuai dengan tatanan yang Allah inginkan, yaitu adanya pria dan wanita. Yang kemudian Allah juga memberikan keinginan untuk kawin pada kedua manusia yang berbeda jender itu. Dan perkawinan yang Allah inginkan sebenarnya ialah perkawinan monogami. Dan memang perkawinan monogami itulah yang pada awalnya dikenal oleh manusia, tapi sayangnya ketika jatuh dalam dosa itulah kawin-mengawinkan mulai terjadi, hal itu disebabkan karena adanya jarak antara Allah dengan manusia. Lalu ketika manusia ini sudah semakin bertambah banyak bukan berarti manusia itu lepas dari sebuah hubungan antara sesamanya. Justru sebaliknya, mereka itu membetuk kelompok keluarga, yang berdasarkan suku, marga, dsb. Hal itu sudah dilakukan seperti pada Yakub yang namanya dipakai untuk nama Israel. Tetapi terlepas dari panggilan kepada kelompok, Allah juga memberikan panggilan-panggilan kepada setiap individu, yang kemudian ditegaskan dalam Reformasi.
  ·         Hubungan Khusus Dengan Allah
Tujuan yang paling tinggi ialah mengasihi sang Pencipta. Mengapa? Karena manusia itu diciptakan untuk memuliakan Allah, dengan cara memiliki gaya hidup yang mencerminkan gambaran rupa Allah. Dan berdasarkan pengertian ini bukan berarti manusia menjadikan tubuh jasmani ini menjadi penghalang untuk melakukan tindakan-tindakan rohani.

Watak Manusia
  ·         Jiwa (nepes)
Yang harus dipahani dalam pembahasan jiwa ini ialah bahwa manusia itu hidup bukan karena adanya jiwa karena manusia hidup sebagai jiwa itu sendiri. Nepes ini dapat diartikan sebagai ungkapan tentang kekurangan, kerongkongan yang terbuka dengan rakus, anggota tubuh yang minum, yang mendambakan, leher. Jadi, jiwa adalah individu yang hidup, bukan dalam arti roh yang tak dapat binasa, melainkan hidup fisik yang konkret dan sarat dengan berbagai kebutuhan.
  ·         Roh (ruah)
Roh ini berarti sebuah napas yang diberikan oleh Allah. Dan itu artinya Allah memiliki kuasa atau hak untuk mengambil kembali napas itu dari manusia, maka orang tersebut akan kembali menjadi debu. Oleh sebab itu Roh ini dipakai Allah untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Oleh sebab itulah jika kita menemukan kasus di Alkitab bahwa jika seseorang dihinggapi atau dipenuhi oleh Roh Allah maka orang tersebut akan berhikmat, bijaksana, dan memiliki wibawa yang luar biasa.
  ·         Daging (basar)
Kata daging ini muncul sebanyak 273 kali, dan sepertiganya itu menunjuk kepada binatang dan sebaliknya kepada manusia. Hal ini sebenarnya ingin menggambarkan bahwa binatang dan manusia itu berbeda dengan Allah. Daging ini juga tidak boleh digambarkan dengan sesuatu yang lemah, sumber datangnya dosa, dan kejahatan. Memang daging itu memiki kelemahan karena berbeda dengan Allah.
  ·         Jantung atau Hati (leb)
Penggunaan kata leb ini memang tidak terlalu dibahas dan dipakai dalam PL. Leb ini sering diapakai untuk membandingkan ‘isi perut’ yang dianggap sebagai pusat emosi manusia. Leb ini juga diartikan sebagai sebuah tempat. Lalu dalam Amsal, leb ini diartikan sebuah tempat yang terpencil. Dan jika dihubungan dengan watak maka leb ini diartikan sebagai sebuah keinginan. Untuk itu jika hati orang tidak bersih maka dalam mengambil sebuah keputusan pun tidak akan tepat. Untuk itu manusia harus memberikan keputusan itu diambil oleh Allah (yang kemudian dikenal dengan sunat hati). Berdasarkan arti-arti itu kita dapat menyimpulkan bahwa hati itu meruopakan sebuah pusat kehidupan, yang dari sanalah manusia dapat mengambil sebuah keputusan dan tindakan.
  ·         Darah (dam)
Berbeda dengan daging yang akan kembali ke tanah jika tidak ada Roh Allah dan hati yang dapat memberikan keahlian untuk manusia mengambil sebuah keputusan, darah ini melambangkan sebuah kehidupan.
  ·         Anggota-Anggota Tubuh
Anggota tubuh ini tidak hanya dipandang dan dipahami hanya sebatas bentuk jasmani saja tetapi juga menjadi perantara dan ungkapan terhadap sebuah nilai. Contohnya mendengar. Mendengar ini diartikan sebagai sebuah ketaatan, maka jika telinga mendengar itu berarti ada hati yang taat. Lalu melihat. Melihat ini diartikan sebagai sebuah pengertian yang didapatkan ketika melihat. Dan yang terkhir ialah mulut. Di mana melalui mulut inilah manusia berbicara. Menggunakan lida dengan baik benar-benar merupakan suatu berkat dari Tuhan (Amsal 16:1).
PEREMPUAN: SESAMA PENYANDANG GAMBAR ALLAH
  ·         Deskriptif dan Preskriptif
Yang harus dipahami pertama ialah pengertian dari deskriptif(gambaran ideal) dan preskriptif(given facts), dan di mana dalam keadaannya dalam masyarakat Israel kuno memiliki gambaran ideal (Deskriptif)
  ·         Teks-teks Deskriptif
Jika kita lihat dalam teks-teks Alkitab yang deskriptif, menggambarkan dengan gamblang tentang rendahnya kedudukan wanita yang malahan terkesan tidak ada pembelaan dalam teks tersebut (justru seperti Allah melibatkan diri dalam tindakan diskriminasi tersebut). Berikut ada beberapa contoh yang menggambarkan tindakan-tindakan itu dalam PL. Adanya praktik poligami yang terjadi pada masa itu (seperti Lamekh dan Raja Salomo). Lalu Abraham (Bapa orang beriman) melakukan hal tersebut. Praktik poligami itu bisa terjadi karena lemahnya kedudukan wanita dibanding laki-laki. Dalam praktik poligami ini pun di atur dalam Hukum Taurat, dan tidak mendapat kritik sama sekali dalam PL. Meskipun praktik monogami belum dipahami pada saat itu bukan berarti Allah membiarkan praktik poligami itu berlangsung. Lalu ada juga sebuah hukum yang memperbolehkan suami menceraikan istri, tetapi tidak untuk sebaliknya. Hal ini memang sangat jauh berbeda dengan keadaan di negeri-negeri sekitar Israel. Seperti di Babel, istri boleh mendapatkan harta. Dan di Mesir, istri justru sering menjadi kepala rumah tangga. Lalu dari segi rohani juga terdapat peraturan bahwa seorang perempuan yang tidak boleh memiliki jabatan sebagai imam. Selain karena imam bukanlah jabatan yang sembarangan (harus dari keturunan pilihan). Dan atas kasus dalam PL itulah yang menjadi alasan di jaman modern ini untuk tidak mentahbiskan perempuan sebagai pejabat gereja.
  ·         Supresi Unsur-unsur Non-Patriaki
Sebuah fakta yang sudah pasti diketahui ialah sistem Patriaki yang berlaku dalam masyarakat `Israel di PL, di mana dalam sistem Patriaki ini laki-laki lah yang berkuasa dan wanita harus tunduk. Meskipun memang sempat ada sistem Non-Patriaki yang berlangsung, tetapi masa itu tidak bertahan lama. Ada beberapa bukti dari Non-Patriaki.
Yang pertama, ada jejak berlakunya garis keturunan menurut ibu atau sistem kekeluargaan berdasarkan hubungan darah dengan ibu (matrilineal). Dalam hal ini terdapatlah istilah endogami (anak-anak seayah bukan seibu), contohnya ialah Abraham dengan Sara yang seayah tapi tidak seibu, sehingga keduanya boleh menikah. Apa yang dilakukan oleh Abraham bukanlah suatu pelanggaran, karena pada saat itu peraturan untuk tidak boleh mengawini saudara kandung dari Hukum Taurat belum dikeluarkan.
Yang kedua, yaitu ultimogeniture (adik menjadi lebih penting daripada kaka sulung dan mewakili orang tua). Contoh dalam kasus ini ialah ketika Yakublah yang menjadi cikal bakal Israel dan ketika Manase menerim berkat Yakub (Kej. 48:14).
Yang ketiga, ialah tentang peran perempuan/istri yang menentukan. Contohnya seperti Rahel dan Lea yang mengambil sebuh keputusan untuk tidur dengan Yakub dan mereka juga jadi memiliki hak untuk memberi nama kepada anak mereka masing-masing dan termasuk anak dari budak yang diberikan Yakub. Hal itu sebenarnya bisa terjadi jika tidak ada anak laki-laki.
  ·         Teks Ambigu
  ·         Masa Penahiran
Seorang ibu yang baru melahirkan memerlukan masa penahiran tergantung pada apakah anak yang lahir itu putra atau putri (Im. 12:1-8)
          Kelahiran Masa Penahiran I                 Masa penahiran II
          Putra  7 hari (sunat hari ke-8)   + 33 hari lagi
          Putri  14 hari                                      + 66 hari lagi
Mengenai catatan ini ada yang berpendapat bahwa, hal itu bisa terjadi karena berkaitan dengan masyarakat patriarki yang membedakan jender. Tetapi Walter Kaiser berpendapat berbeda. Hal itu terjadi bukan karena adanya kedudukan yang timpang antara pria (superior) dan wanita (inferior), karena berdasarkan jenis korban penghapus dosa yang diberikan adalah sama (burung merpati atau tekukur, domba berumur setahun). Lalu penjelasan mengenai sunat. Sunat itu sendiri berarti sebuah perjanjian antara umat dengan Allah (Kej. 17:10-12). Dan sunat itu diberlakukan hanya untuk laki-laki di Israel tidak untuk perempuan.
  ·         Nilai Orang yang Diserahkan
Dalam Imamat 27:1-8 tertera nilai tebusan orang yang diserahkan berbeda hampir separo menurut jenis kelamin.
          Usia                      Laki-laki      Perempuan
          Di atas 60 tahun    15 syikal      10 syikal
          20-60 tahun          50 syikal      30 syikal
          5-20 tahun            20 syikal      10 syikal
          1 bulan-5 tahun      5 syikal        3 syikal
Perbedaan nilai tebusan ini pun mengalami sebuah komentar yang menganggap bahwa ini sebagai bukti adanya perendahan perempuan. Berkenaan dengan perbedaan nilai tebusan ini kita harus melihatnya dari dua hal. Yang pertama, konteks dalam Imamat 27 yang berbicara tentang status yang sudah diserahkan bagi Tuhan (menjadi milik Tuhan). Ada beberapa nilai yang sudah ditentukan tapi tidak semua bisa ditebus. Contoh yang bisa ditebus adalah persembahan hewan kurban (ay. 11-13, 27), rumah (ay. 14-15), ladang (ay. 16-25), persepuluhan hasil tanah (ay. 30-31). Dan jika persembahan hewan kurban (ay. 9-10) atau ternak persepuluhan (ay. 32-33), itu hanya bisa ditukar dengan hewan yang memiliki status kudus.
Yang kedua, berdasarkan ayat 2 itu memiliki arti sebuah nazar (nzar mempersembahkan seseorang untuk pelayanan). Seperti Hana yang mempersembahkan anaknya yang akan lahir. Jadi jika orang tersebut mau ditebus maka nilainya bisa dilihat sesuai dengan peraturan yang berlaku. Fakta yang ditemukan berkenaan dengan nilai perempuan lebih rendah dari laki-laki ialah berdasarkan beratnya pekerjaan yang harus dilakukan yang tidak mungkin dilakukan oleh wanita. Dan murahnya nilai tebusan itu dinilai dari beratnya pekerjaan yang dilakukan dan umur orang yang akan ditebus. Jika usia produktif maka akan semakin mahal nilainya, jika sudah lansia maka akan semakin murah.
  ·         Setara Namun Berbeda
Di dalam Kejadian 1 itu dijelaskan mengenai kesetaran antara pria dan wanita. Di mana pria dan wanita ini tidak ada yang lebih unggul, karena keduanya mendapatkan mandat yang sama yaitu beranak cucu dan bertambah banyak, lalu juga menyandang ciptaan yang diciptakan segambar dengan Allah. Dalam ketidaksetaraan antara pria dan wanita ini tidak terjadi pada masa lalu saja, tetapi juga terbawa sampai pada jaman sekarang.
  ·         Perbedaan Jender
 o   Seks dan Pernikahan
Allah tidak hanya menciptakan manusia itu pria dan wanita saja, tapi juga seks. Dan dasar seks itu sebenarnya adalah sebuah hal yang harus dihormati, bukanlah sebuah hal yang tabu dan dianggap sebagai sesuatu yang harus di eluh-eluh kan yang pada dampaknya ialah seks bebas dan pornografi. Oleh sebab itu sekarang kita harus memiliki pandangan yang berbeda tentang pria dan wanita. Kedua perbedaan itu diciptakan bukan untuk ditentang, melainkan hanya sebagai pembeda jenis atau identitas seksualnya saja ketika menikah.
Menikah adalah hal yang baik. Menikah adalah sebuah jalan hidup yang harus diambil oleh manusia, kecuali ada pimpinan Tuhan yang sebaliknya. Jika orang sudah menikah bukan otomatis merasa bahagia dalam hidupnya, karena ketika menikah kebahagiaan itu harus diusahakan oleh pasangan suami-istri. Jadi menikah itu adalah sesuatu yang umum yang dijalankan oleh manusia. Tetapi jika tidak menikah pun kita tidak boleh memandang aneh keputusan itu. Karena menikah atau tidak menikah haruslah diambil berdasarkan pertimbangan yang matang, karena kedua keputusan itu memiliki lika-liku yang berbeda-beda dan jika salah melangkah maka akan memiliki dampak yang berat. Lalu dalam memilih pasang hidup itu juga diperlukan suatu usaha (aktif), dan kita tidak bisa memakai kasus Adam yang mendapatkan Hawa tanpa usaha (pasif) dan dibawa dalam kehidupan kita. Dan jangan lupa mempertimbangkan untuk memilih pasangan hidup harus disertai dengan doa kepada Tuhan.
 o   Bukan Makhluk Lemah
Laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda bukan berarti wanita adalah makhluk yang lemah dan harus selalu dilingungi. Karena jika acuan kita adalah proses Hawa diciptakan, itu merupakan sesuatu yang keliru. Karena ketika Hawa diciptakan dari rusuk Adam, itu memberikan arti bahwa Allah adalah arsitek pembentukan manusia. Perempuan adalah makhluk yang kuat. Kenapa? Karena wanit memiliki daya fisik yang kuat, lebih mampu mengendalikan emosi, daya tahan tubuhnya lebih kuat, oleh sebab itu Allah tidak salah menempatkan rahim pada wanita dan untuk mengandung selama 9 bulan. Lalu kesetaraan antara pria dan wanita juga tidak bisa dilakukan secara merata. Karena ada perbedaan yang cukup signifikan antara pria dan wanita. Contohnya dari bentuk tubuh.
 o   Tuhan tanpa Jender
Penciptaan itu tidak bertujuan untuk menggabarkan bentuk Allah seperti apa (mirip dengan ciptaannya), melainkan untuk menggambarkan bahwa Allah tidak berjender ganda. Adanya aliran feminisme itu sebenarnya disebabkan oleh orang yang memperumit tentang jender Allah dan yang menggambarkan segala sesuatu dengan pria. Ketika Allah memilih untuk berada di kaum Ibrani juga sebenarnya Allah sudah mempersiapkan segala sesuatunya seperti yang terjadi pada jaman sekarang. Bahasa yang digunakan itu adalah kebudayaan yang berasal dari masyarakat Patriarki, sehingga tidak perlu ditentang mengenai jender Allah.
  ·         Gambar Allah
Kesalahan yang terjadi dalam point ini adalah ketika kita menggambarkan Allah mirip dengan manusia, karena manusia diciptkan segambar dengan Allah, diciptakan melebihi hewan, dan memiliki rasio. Sedangkan kesamaan fisik itu oleh kelompok sosial Timur Dekat kuno itu digambarkan sebagai kehadiran Allah. Berdasarkan analogi ini bukan berarti manusia itu menjadi setara dengan Allah. Manusia hanya Gambar Allah, bukan Allah. Jadi kemuliaan manusia tidak bisa menandingi kemuliaan Allah. Karena pada akhirnya nanti manusia itu akan kembali pada debu. Untuk itulah sebagai manusia tidak boleh mengambil kemuliaan Allah, yaitu dengan memanipulasi kemuliaan Allah untuk kepentingan diri sendiri.
Gambar Allah yang diberikan pada manusia itu bertujuan untuk menghadirkan atau menunjukkan Kedaulatan Allah dibumi dengan bertambah banyak dan menaklukan bumi serta isinya. Ketika manusia diberikan mandat oleh Tuhan untuk berkuasa atas bumi, bukan berarti manusia melakukan eksploitasi seperti yang dilakukan jaman sekarang, melainkan untuk memanfaatkan semua yang ada di bumi untuk kesejahteraan sesama manusia. Dan menegaskan bahwa dunia ini bukanlah milik setan sekalipun hal itu kemudian tercoreng karena kejatuhan. Dan keadaan ini dibiarkan sampai nanti kerajaan Allah dinyatakan sampai nanti sepenuhnya.
  ·         Penolong yang Sepadan
  ·         Bukan Soal Siapa Lebih Tinggi
Perempuan sebagai penolong itulah sebenarnya wanita diciptakan, bukan berarti bahwa wanita itu hanya sebagai asisten yang berarti tidak memiliki inisiatif. Dan yang lebih parah memang ketika ada pandangan bahwa wanita itu hanya memiliki kontrak menikah padalah yang sebenarnya itu merupakan sebuah hubungan seumur hidup. Meskipun arti dari kata ezer itu bentuknya maskulin, tetapi juga tepat disandangkan kepada wanita. Tentunya tidak menolong secara fisik.
  ·         Dalam Hal Apa Adam Perlu Ditolong?
Penolong yang sepadan itu diberikan kepada wanita berarti bahwa fungsi wanita yang melengkapi kekurangan Adam yang memiliki kemampuan yang terbatas. Lalu dalam hal apa Adam itu di tolong?
Pertama. Ketika Adam mengusahakan taman (berkaitan dengan tanah), memang tidak dijelaskan mengusahakan taman itu sejauh apa dan dipastikan bahwa Hawa tidak ikut campur dalam hal tanah itu. Dan tanah itu terkutuk akibat Adam. Dan Hawa melahirkan dengan kesakitan. Jadi tidak ada hubungannya dengan tanah karena tanah itu sendiri bukanlah tanggung jawab Hawa.
Kedua. Hal yang dilakukan Adam ialah memberi nama kepada semua makhluk hidup. Dalam hal ini memang diperlukan pengetahuan untuk membedakan hewan-hewan terutama yang memiliki kemiripan. Dan sangat jelas ini tidak ada urusannya dengan Hawa karena Adam menyelesaikan pekerjaan itu barulah Hawa muncul.
Ketiga. Dan untuk hal ini lah Adam tidak melakukannya sendirian, yaitu beranak cucu. Maka diperlukanlah peran Hawa disini. Sekali lagi jangan dibatasi peranan Hawa hanya sampai pada titik itu saja. Karena melalui hal ini sangast jelas peran penolong Hawa atas ketidakmampuan Adam. Dan ukuran menikah itu tidak didasari oleh adanya keturunan atau tidak ada keturunan.
Yang akan ditekankan dari pernikahan ialah bukan soal siapa yang lebih berkuasa, tapi berbicara tentang kesepadanan. Dan antara suami-istri harus memiliki rasa saling membutuhkan, saling bergantung, dan saling melengkapi.
  ·         Kehadiran Hawa
Kehadiran Hawa ini sepertinya memang sudah ada dalam skenarionya Allah. Karena kehadiran Hawa ini terjadi setelah Adam selesai memberikan nama kepada semua hewan dan tumbuhan. Dan di duga selama proses pemberian nama itu, Adam juga mencari pasangan yang sepadan dengan dia.
 o   Suatu Kebutuhan
Binatang dan manusia ini memang diciptakan dari tanah, tapi kedua makhluk hidup ini sangat jelas terliat perbedaannya yaitu dari kodrat yang Allah berikan. Mengapa Allah memberikan pasangan yang sepadan kepada Adam setelah ada perasaan butuh pasangan yang sepadan itu dalam diri Adam? Jawabannya ialah supaya Adam menghargai pasangan yang sudah Allah berikan, karena Adam mendapatkan Hawa bukan karena memang sudah ada dari awalnya, tapi karena adanya perasaan butuh pasangan yang sepadan. Oleh sebab itulah kita tidak boleh berpikir bahwa perempuan ini diciptakan tidak berdasarkan rencana Allah dan hanya untuk merepotkan kaum laki-laki. Tapi semua itu sudah Allah rencanakan sejak awalnya dan Hawa hadir karena adanya perasaan butuh pasangan yang sepadan dalam diri Adam.
 o   Asal-usul Perempuan
Kehadiran Hawa tidak melalui proses yang sama dengan Adam, tapi berasal dari tulang rusuk Adam. Dan hal ini tidak boleh dipahami sebagai kerendahan perempuan, tapi justru harus dipandang bahwa laki-laki dan perempuan ini sama-sama menyandang gelar Allah. Lalu dalam Kejadian 2 inilah kita menyaksikan munculnya Hawa yang berasal dari tulang rusuk Adam yang diambil pada saat dia tertidur. Lalu Allah mengantarkannya kepada Adam, seperti seorang ayah yang menjodohkan anaknya. Berdasarkan hal inilah melambangkan Allah sebagai pendiri lembaga perkawinan. Meskipun memang keinginan untuk kawin itu memang sudah ada, tapi pada dasarnya semua itu karena ada kehendak Tuhan.
 o   Relasi Saling Bergantung
Disini kita akan menemukan bagaimana cara Adam menggambarkan rasa saling membutuhkan itu. Yaitu dengan cara mengganti kata panggilan kepada Hawa. Yang tadinya ialah ‘is’ menjadi ‘issa’, karena arti dari ‘issa’ itu adalah karena ia diambil dari laki-laki.
 o   Bukan Superior
Penggunaan nama ‘issa’ ini bukanlah menggambarkan adanya ketidaksejajaran antara pria dan wanita akibat kejatuhan, tetapi justru ketika Adam mengganti nama panggilan kepada pasangannya menjadi Hawa itulah yang menjadi hasil dari kejatuhan dan merusak kesederajatan antara pria dan wanita. Sebelum kejatuhan lah keberadaan cinta yang murni antara pria dan wanita itu ada. Karena pada saat Adam mengetahui bahwa ada perempuan yang hadir, tidak secara spontan Adam langsung menganggap bahwa dirinya itu lebih superior daripada perempuan itu. Malahan Adam terkejut dan bergembira menyambut kehadiran wanita. Pada saat itu Adam sangat sadar bahwa perempuan itu bukan berasal dari tanah tapi dari dirinya sendiri. Sehingga kita akan menemukan sifat saling membutuhkan itu muncul dalam kitab PL. Meskipun berbeda jenis, seksual, tetapi kodrat mereka sama. Ketika dalam PL disebutkan laki-laki harus meninggalkan ayah dan ibunya, dan bersatu dengan istrinya. Hal itu harus dipahami sebagai tuntutan kemandirian kepada kedua calon orang tua baru itu. Dimana mereka memiliki tanggung jawab yang baru sehingga harus meninggalkan kehidupan lamanya yang penuh kenyamanan dan sekarang harus bertanggung jawab atas keluarga barunya.
  ·         Kejadian 3:16
Untuk memahami ayat ini memang sangat berbeda dengan Kejadian 2, oleh sebab itu diperlukan adanya ‘Observasi Sintaktikal’ dan ‘Observasi Leksikal’.
Problem Kesetaraan Jender
  ·         Peradaban Maskulin
Kenyataan yang terjadi sampai pada hari ini adalah, keistimewaan wanita hanya dapat dilihat dalam lagu-lagu saja, tapi kehidupan nyatanya masih sangat berbeda jauh (peran dan kedudukannya). Dimana perempuan hanya dianggap sebagai objek yang harus dinikahi, menurut pada suami, bersikap manis, dan memberikan pengabdian kepada suami.
Salah satu contoh ketimpangan ialah ketika seorang laki-laki/suami berkaier, itu diperbolehkan, tetapi jika istri berkarier akan mendapatkan sorotan khusus dan harus mendapat ijin dari suami. Begitu juga jika ada masalah, maka suami boleh segera marah tapi istri harus bisa menerima masalah tersebut.
Perbedaan kedudukan ini juga ternyata memiliki dampak yang lebih luas lagi, yang akhirnya secara tidak langsung menyudutkan kaum wanita. Banyaknya pelanggaran-pelanggaran lebih mudah terjadi pada kaum wanita, seperti pemerkosaan, kekerasan, perdagangan perempuan, dll. Sedangkan pada kaum pria lebih cenderung berkuasa. Berdasarkan kasus-kasus dan penanganannya itu bisa diartikan bahwa kodrat dan nasib kaum wanita memang sudah seperti itu.
Lalu selain secara peran dan kedudukan, bisa juga disoroti dari segi struktural. Kenyataannya wanita memang berada dalam posisi yang lebih lemah dibanding kaum pria. Dan hal itu terjadi karena pemikiran bahwa perempuan adalah makhluk kedua, hanya untuk sex, dan diciptakan dari tulang rusuk pria. Tetapi jika konsep bahwa perempuan dan laki-laki berbeda seks tetapi dalam keadaan semartabat maka konsep yang ada di masyarakan sekarang pastilah dapat dipatahkan.
  ·         Feminisasi Dunia Maskulin
Ketimpangan jender ini sebenarnya tidak terjadi secara tiba-tiba dan penyebabnya itu dipengaruhi sejak masa kanak-kanak, dan dipengaruhi oleh faktor ideologi, ekonomi, sosial, dan budaya.
Mengapa laki-laki itu rata-rata sikapnya keras dan penuh dengan kekuasaan-kekuasaan? Hal itu disebabkan oleh lingkungannya yang mempertontonkan sebuah peradaban yang cenderung memakai kekuatan fisik. Oleh sebab itulah kebanyakan kaum pria ini lebih mendominasi tingkat kriminal atau tindakan-tindakan negatif lainnya. Lalu setelah berjalannya tindakan-tindakan negatif tersebut munculah gerakan feminisme yang ingin mendominasi dengan kelembutan dan kesabaran. Yang harapannya ialah ingin meredam kehancuran dunia dan membuatnya ke arah yang lebih baik. Untuk itulah kini sudah ada kaum wanita yang masuk dalam dunia politik yang selama ini menjadi kaum pria.
  ·         Evaluasi atas Feminisme
Gerakan feminisme ini sebenarnya akibat dari adanya dominasi kaum pria atas wanita. Gerakan ini juga sebagai bentuk emansipasi wanita. Tujuannya ialah supaya apa yang laki-laki dapat lakukan, itu juga dapat dilakukan oleh wanita.
Tetapi dibalik keinginan yang terlihat ‘hebat’ itu juga memiliki dampak yang membuat sebuah ironi. Apa yang dikerjakan wanita sekarang ini, dulu dianggap sebuah keanehan. Dan jika wanita melakukan apa yang sudah biasa dilakukan dulu, justru malah menimbulkan perasaan ‘tidak berguna’. Contohnya, jaman sekarang wanita yang berkarier, masuk dalam dunia politik, dan berbisnis justru dianggap sukses dan hebat. Tetapi sangat tidak dianggap sukses jika wanita hanya menjadi ibu rumah tangga atau pekerjaan seperti perawat dan guru.
Dan pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa Feminisme itu lebih memberi dampak negatif. Yang harus dilakukan sekarang ialah emansipasi wanita, yaitu memberdayakan potensi-potensi perempuan bukan melawan dominasi kaum pria.
  ·         Solusi Struktural
Pada intinya apa yang sudah disepakati oleh dunia tidak sejalan dengan apa yang terjadi di Indonesia. Menanggap melakukan perayaan-perayaan seperti Hari Kartini, Hari Ibu, dan Hari Perempuan Internasional sudah mendapatkan kesetaraan dengan kaum pria. Padahal jika dilihat dari segi gaji saja seringkali lebih rendah dari kaum pria.
Dan persoalan yang utamanya ialah pemberian porsi yang lebih kepada kaum wanita. Karena anggapan yang selama ini berjalan ialah bahwa pekerjaan yang biasa dilakukan oleh wanita adalah pekerjaan-pekerjaan dalam rumah. Jika sekarang di komunitas gereja dibentuk Komisi Wanita maka hal itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kesetaraan, justru malah memperkuat fakta tentang keterbatasan dalam pekerjaan seorang wanita. Sebuah terobosan akan terjadi jika adanya porsi-porsi kepemimpinan diterapkan secara rutin dalam komunitas gereja. Dan juga kebijakan tentang pentahbisan pendeta dan khotbah yang tadinya tidak bisa dilakukan oleh kaum wanita. Jika hal-hal itu dilakukan, pastilah akan terjadi sebuah terobosan.
Mengapa Timbul Feminisme dan Teologi Feminis
  ·         Dominasi Kaum Laki-laki
Berdasarkan sejarah kehidupan yang sudah berlangsung begitu lama telah membuat sebuah pola, yaitu bahwa kaum laki-laki akan lebih menonjol sedangkan kaum perempuan akan menjadi makhluk kedua.
 o   Dominasi kaum laki-laki atas kaum perempuan pada umumnya dibenarkan oleh paham kodrat. Menurut paham ini kaum laki-laki mendapatkan tanggung jawab yang lebih luas dalam masyarakat karena sifatnya yang lebih kuat, biasa membuat perencanaan, dan produktif. Sedangkan kaum wanita lebih kepada pekerjaan rumah tangga dan sekitarnya karena sifarnya yang sebaliknya yaitu reproduktif, lemah lembut, dan lebih kepada meneruskan keterampilan lamanya. Kodrat ini merupakan naluri sesuai dengan penetapan ilahi.
 o   Pandangan ini dibenarkan oleh filsafat klasik, baik di Barat maupun di Timur. Peranan kaum pria dalam kepemimpinan pun memang sudah sesuai dengan standard dan tidak ada ketimpangan ternyata dalam hal ini.
 o   Dalil bahwa manusia sejati adalah laki-laki menyebabkan munculnya kecenderungan untuk menilai perempuan dari sudut pandang laki-laki dengan menekankan “kekurangan-kekurangannya” dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan hal tersebut maka berakibat yang dianggap sebagai manusia sejati ialah laki-laki saja, sedangkan perempuan hanya sebagai pelengkap. Dan contoh di Indonesia ialah dalam “Deklarasi HAM”, di mana pokok-pokok tidak kelihatan. Karena wanita sudah dianggap dan dimasukan dalam poin manusia.
 o   Pengertian tersebut mempunyai tiga akibat yang menentukan kehidupan kita:
a.    Jika kaum laki-laki berkuasa, maka masyarakat berbentuk hirearkis dan dapat digambarkan dengan suatu piramida. Dalam susunan hirearki/piramida ini sudah sangat jelas bahwa tugas seorang perempuan yang berada dikalangan bawah akan mengalami penindasan, baik dari pemimpin maupun dari suami. Maka sebab itu jika seorang perempuan ingin keluar dari masalah itu dan mengambil jalan untuk sendiri tanpa pendamping maka resikonya ialah dikucilkan. Di Indonesia juga ada upaya yang dilakukan untuk menghapus diskriminasi terhadap kaum wanita. Tetapi pada kenyataannya tidak berjalan demikian.
b.    Sejak abad ke-15, tanah tidak lagi dilihat sebagai “ibu pertiwi” yang harus dihormati, melainkan sebagai sumber kekayaan yang dapat diolah demi kepentingan “manusia”, terutama golongan yang berpengetahuan dan bermodal. Akibat dari hal ini ialah keberadaan negara yang tidak rasional akan mengalami perhambaan dan boleh ditaklukan demi kepentingan “manusia” (golongan atas di dunia barat).
c.    Filsafat pun perlu ditinjau kembali dan perlu mengangkat kepelbagaian realitas dan hidup. Realitanya ialah bahwa wanita menginginkan sebuah kesetaraan sebagai makhluk hidup, tanpa memandang perbedaan seks, budaya, agama, umur, dan bakat. Dan memandang wanita sebagai orang yang sama-sama berakal budi.
 o   Tradisi gereja mengutamakan laki-laki. Kenyataannya penempatan wanita dalam posisi sebagai pihak kedua dan tidak bisa menggambarkan figur Yesus itu terjadi di komunitas gereja sampai saat ini.

·         Kajian Perempuan dan Soal Jender
Suatu alat penting dalam pembaruan itu disediakan oleh kajian perempuan (women’s studies) yang mengangkat pemahaman jender yang membuka pemikiran segar.
 o   Ada beberapa sebutan-sebutan yang menggambarkan posisi kaum laki-laki, dalam patriaki (pater = bapak, arkhe = asal mula yang menentukan). Sebutan kaum feminis (femina = perempuan). Hal ini berbeda dengan feminisme, dan feminisme ini juga sebenarnya dapat dianut oleh kaum laki-laki. Lalu feminin dan maskulin itu hanya menggambarkan perbedaan sifat saja.
 o   A. Kelamin (Inggris: sex), artinya kepada unsur fisik yang membedakan jenis fisik dan jenis kelamin. Unsur ini ditentukan dari sejak lahir dan tidak akan berubah.
b. jender (Inggris: gender), artinya yaitu menunjuk pada sebuah sifat laki-laki dan perempuan. Dan hal ini dapat berubah yang dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan budaya yang berkembang.
 o   Hasil penemuan tersebut mempunyai akibat praktis dan teoritis. Ketika teorinya berkata, “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” maka harus disertai dengan sebuah kegiatan yang bersifat mengubah sebuah ketimpangan antara laki-laki dan perempuan.
 o   Dalam poin ini akan lebih menekankan kepada sebuah prioritas yang ditujukan pada kaum laki-laki, baik dalam rumah tangga (orang dewasa) maupun dalam sekolah.

·         Pemahaman Kristen tentang Perempuan
Dengan sifat perempuan yang perasa, spontan, kerelaan memberikan diri, kesukaan pada hal yang kecil dan indah tidak berarti bahwa keahlian perempuan hanya terbatas pada hal-hal pribadi tetapi juga terwujud dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam komunitas gereja.
 o   Dalam tradisi Kristen selalu terdapat dua aliran: 1) yang pertama, mementingkan segi kelembagaan, ia berwujud hierarkis dan konservatif dan 2) yang kedua bersifat nabiah, kritis terhadap ketidakadilan dan penggunaan kekuasaan. Dalam usaha manusia atau golongan tertentu yang ingin menolong kaum-kaum yang tertindas sebaiknya melakukannya dengan hati yang murni bukan untuk menunjukkan kekuasaan pribadi/golongan.
 o   Pada pertengahan abad ke-20 ini muncul beberapa gereakan kenabian, yakni teologi pembebasan yang memihak pada kaum miskin yang ditindas oleh tatanan ekonomi modern, teologi feminisme yang berusaha memikirkan kembali teologi melalui sudut pandang perempuan yang tertekan, dan teologi yang memikirkan pemeliharaan dunia ciptaan Allah. Ketiga hal ini dengan jelas menantang konsep Patriakhi yang meremehkan kaum perempuan dan menganggap bahwa kekayaan manusia itu berasal dari ilmu.
 o   Teologi pembebasan berpijak pada kenyataan bahwa Allah memihak pada orang-orang yang tertindas dan yang dikesampingkan. Dasar Alkitab yang mereka gunakan itu pada akhirnya berkembang sesuai dengan lingkungan masyarakat yang sedang berkembang. Seperti di Amerika Latin yang memiliki tantangan yaitu soal kepemilikan dan penggunaan tanah. Di Amerika Serikat “Black Theology” bertolak dari diskriminasi yang dialami kaum Negro sebagai bekas budak. Dan berbeda juga dengan di Afrika yaitu Allah menciptakan dunia yang satu.

  ·         Gerakan Perempuan dan Teologi Feminis
Sepanjang sejarah, muncul beraneka ragam usaha dan gerakan yang mengangkat perempuan sebagai manusia bermartabat:
 a.    Ketika hukum Romawi berlaku di Eropa, keadaan perempuan ada dalam strata yang paling rendah. Karena kekuasaan seorang gadis, dipegang oleh ayahnya. Seorang istri, oleh suaminya. Dan seorang janda oleh anaknya laki-laki. Lalu gereja mengangkat perempuan, mengangkat statusnya sebagai pribadi yang boleh menentukan status hidupnya sendiri. di mana seorang perempuan tidak bisa dijodohkan oleh ayahnya dalam menentukan pasangan hidupnya, bila mereka mengambil keputusan untuk menjadi biarawati. Sehingga melalui hal itu bisa menjadi sebuah batu loncatan, karena mereka memiliki pengetahuan sehingga bisa berpengaruh di lingkungan masyarakat. Lalu pada abad ke-19 lah ada perjuangan untuk hak perempuan. Pokok permasalahan yang harus di selesaikan ialah bagaimana supaya potensi kaum wanita ini bisa di gunakan tidak dalam lingkup kecil saja tapi dalam lingkungan masyarakat luas.
  b.     Di Amerika emansipasi perempuan terkait dengan emansipasi budak dan berakar pada kesadaran atas martabat setiap orang sebagai makhluk ciptaan Allah. Emansipasi wanita ini ternyata tidak hanya dalam merebut haknya untuk belajar, berprofesi, dan berpolitik tapi juga dalam bidang seksual. Karena ada dalam masyarakat patriakit yang kuat. Dan ada juga ada kaum minoritas yang radikal yang akan mengutamakan nilai kaum perempuan.
 c.    Di Afrika sejumlah kebudayaan tradisional menghormati perempuan sebagai penerus dan pemelihara kehidupan. Karena perempuan merupakan penghasil. Seorang perempuan yang lansia menjadi penasihat karena wibawanya. Tapi masih ada juga yang meremehkan kaum perempuan. Oleh sebab itu para perempuan gereja menuntut pada komunitas gereja supaya memperhatikan kedudukan perempuan.
  d.    Di Asia perempuan umum dilihat sebagai pelengkap laki-laki dan dihormati sebagai ibu. Perempuan memang ada dalam kondisi yang sangat lemah, dalam hal hak atas warisan dan kedudukan. Seperti di India, justru dari keluarga perempuan lah yang membayar mas kawin kepada pihak calon suami. Lalu ada juga yang menjual perempuan-perempuan muda. Dari hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa usaha untuk mengangakat kedudukan perempuan masih dalam tahap perkembangan.
 e.    Di Amerika Latin warisan kekerasan kolonial masih berpengaruh kuat, misalnya perempuan harus patuh kepada laki-laki. Usaha untuk mengangkat martabat perempuan dan anak sedang dimulai disana, dengan adanya perempuan miskin yang sedang berusaha untuk menghidupi keluarganya.

 o   Gereja Katolik secara resmi mempertahankan struktur patriarkal, baik secara praktis maupun teoritis. Karena jika ada perempuan yang masuk dalam organisasi komunitas gereja pun masih ada dibawah seorang bapa (dalam struktur Katolik). Keterbukaan terhadap potensi kaum perempuan lebih pada gereja Protestan, meskipun tradisi patriarkalnya masih terasa kuat.
 o   Meskipun terdapat teolog perempuan yang termasyhur di Eropa dan di Amerika, teologi feminis dalam arti modern mulai berkembang di Amerika dengan nada radikal. Seperti Mary Daly yang menjadi penggagas, dan dikembangkan oleh Elizabeth Johnson, Carter Heyward, dll. Di Eropa Barat peolopornya ialah Elizabeth Moltmann-Wendel, Katharina Halkes, dan Dorothea Soelle.
 o   Teologi feminis di Asia, Afrika, dan Amerika Latin lahir dari pengalaman rohani dan tanggung jawab mereka yang merenungkan realitas Allah dan dunia. Ada tiga hal yang mereka alami: pertama, mereka lahir dari kesengsaraan dan penghinaan kaum perempuan dan sama-sama ingin memperoleh keutuhan hidup di segi yang lain. Kedua, nada utama mereka adalah perjuangan dan hendak mengantarkan pertimbangan teologis ke dalam gerakan yang sedang berorganisasi untuk memperoleh kemerdekaan. Ketiga, mereka semua berakar dalam gereja dan mereka semua terlibat dalam proses pembebasan untuk menghadapi situasi-situasi yang penuh tantangan.
 o   Ekoteologi terkait dengan pengalaman kaum miskin yang diusir dari tanah dan wilayah tempat nenek moyang mereka hidup berabad-abad lamanya. Teologi ini berkaitan dengan situasi dan kehidupan semua makhluk.
 o   Aliran teologi feminis pun tidak hanya satu. Dan itu di bagi dua, yang pertama ialah aliran radikal yang akhirnya meninggalkan gereja dan mencari dewi. Sedangkan ada juga yang tetap sibuk dalam kegiatan gerejawi. Di Amerika Serikat terjadi pengelopokkan  antara lain aliran feminis (yang biasanya terdiri dari orang yang berpendidikan dan berakar pada golongan menengah), womanist (yang berkulit hitam dan berakar pada golongan bawah), dan mujeristas (yang berakar dalam budaya Amerika Latin).


Sumber: Bunga Rampai, Tema-tema PL, & Hati Allah bagaikan Hati Seorang Ibu (kompilasi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar