MANHOOD
& WOMANHOOD
LAKI-LAKI
DAN PEREMPUAN
Penciptaan
Laki-Laki dan Perempuan
·
Hubungan Khusus Dengan Ciptaan
Asal mula manusia yang bahan utamanya ialah ‘debu dan
tanah’, ini sangat jelas menggambarkan sebuah hubungan antara Allah dengan
ciptaannya. Karena manusia diciptakan bukan berasal dari hewan tapi dari debu
dan tanah. Dan janji-janji yang Allah berikan kepada manusia seringkali
ditandai dengan kepemilikan atas sebuah tanah. Dan ketika janji-janji yang
Allah berikan kepada manusia itu berupa kepemilikan atas tanah, itu berarti
bahwa manusia memiliki kuasa atas tanah atau bumi ini. Oleh sebab itu sangat
disayangkan jika ada manusia yang sampai hari ini masih percaya kepada
mitos-mitos seperti angka 13, padahal dengan janji itu Allah memberikan kuasa
kepada manusia untuk memerintah.
·
Hubungan Khusus Antara Orang-Orang
Manusia yang diciptakan itu sudah sesuai dengan tatanan
yang Allah inginkan, yaitu adanya pria dan wanita. Yang kemudian Allah juga
memberikan keinginan untuk kawin pada kedua manusia yang berbeda jender itu.
Dan perkawinan yang Allah inginkan sebenarnya ialah perkawinan monogami. Dan
memang perkawinan monogami itulah yang pada awalnya dikenal oleh manusia, tapi
sayangnya ketika jatuh dalam dosa itulah kawin-mengawinkan mulai terjadi, hal
itu disebabkan karena adanya jarak antara Allah dengan manusia. Lalu ketika
manusia ini sudah semakin bertambah banyak bukan berarti manusia itu lepas dari
sebuah hubungan antara sesamanya. Justru sebaliknya, mereka itu membetuk
kelompok keluarga, yang berdasarkan suku, marga, dsb. Hal itu sudah dilakukan
seperti pada Yakub yang namanya dipakai untuk nama Israel. Tetapi terlepas dari
panggilan kepada kelompok, Allah juga memberikan panggilan-panggilan kepada
setiap individu, yang kemudian ditegaskan dalam Reformasi.
·
Hubungan Khusus Dengan Allah
Tujuan yang paling tinggi ialah mengasihi sang Pencipta.
Mengapa? Karena manusia itu diciptakan untuk memuliakan Allah, dengan cara
memiliki gaya hidup yang mencerminkan gambaran rupa Allah. Dan berdasarkan
pengertian ini bukan berarti manusia menjadikan tubuh jasmani ini menjadi
penghalang untuk melakukan tindakan-tindakan rohani.
Watak
Manusia
·
Jiwa (nepes)
Yang harus dipahani dalam pembahasan jiwa ini ialah bahwa
manusia itu hidup bukan karena adanya jiwa karena manusia hidup sebagai jiwa
itu sendiri. Nepes ini dapat diartikan sebagai ungkapan tentang kekurangan,
kerongkongan yang terbuka dengan rakus, anggota tubuh yang minum, yang
mendambakan, leher. Jadi, jiwa adalah individu yang hidup, bukan dalam arti roh
yang tak dapat binasa, melainkan hidup fisik yang konkret dan sarat dengan
berbagai kebutuhan.
·
Roh (ruah)
Roh ini berarti sebuah napas yang diberikan oleh Allah.
Dan itu artinya Allah memiliki kuasa atau hak untuk mengambil kembali napas itu
dari manusia, maka orang tersebut akan kembali menjadi debu. Oleh sebab itu Roh
ini dipakai Allah untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Oleh sebab itulah jika kita
menemukan kasus di Alkitab bahwa jika seseorang dihinggapi atau dipenuhi oleh
Roh Allah maka orang tersebut akan berhikmat, bijaksana, dan memiliki wibawa
yang luar biasa.
·
Daging (basar)
Kata daging ini muncul sebanyak 273 kali, dan
sepertiganya itu menunjuk kepada binatang dan sebaliknya kepada manusia. Hal
ini sebenarnya ingin menggambarkan bahwa binatang dan manusia itu berbeda
dengan Allah. Daging ini juga tidak boleh digambarkan dengan sesuatu yang
lemah, sumber datangnya dosa, dan kejahatan. Memang daging itu memiki kelemahan
karena berbeda dengan Allah.
·
Jantung atau Hati (leb)
Penggunaan kata leb ini memang tidak terlalu dibahas dan
dipakai dalam PL. Leb ini sering diapakai untuk membandingkan ‘isi perut’ yang
dianggap sebagai pusat emosi manusia. Leb ini juga diartikan sebagai sebuah
tempat. Lalu dalam Amsal, leb ini diartikan sebuah tempat yang terpencil. Dan
jika dihubungan dengan watak maka leb ini diartikan sebagai sebuah keinginan. Untuk
itu jika hati orang tidak bersih maka dalam mengambil sebuah keputusan pun
tidak akan tepat. Untuk itu manusia harus memberikan keputusan itu diambil oleh
Allah (yang kemudian dikenal dengan sunat hati). Berdasarkan arti-arti itu kita
dapat menyimpulkan bahwa hati itu meruopakan sebuah pusat kehidupan, yang dari
sanalah manusia dapat mengambil sebuah keputusan dan tindakan.
·
Darah (dam)
Berbeda dengan daging yang akan kembali ke tanah jika
tidak ada Roh Allah dan hati yang dapat memberikan keahlian untuk manusia
mengambil sebuah keputusan, darah ini melambangkan sebuah kehidupan.
·
Anggota-Anggota Tubuh
Anggota tubuh ini tidak hanya dipandang dan dipahami
hanya sebatas bentuk jasmani saja tetapi juga menjadi perantara dan ungkapan
terhadap sebuah nilai. Contohnya mendengar. Mendengar ini diartikan sebagai
sebuah ketaatan, maka jika telinga mendengar itu berarti ada hati yang taat.
Lalu melihat. Melihat ini diartikan sebagai sebuah pengertian yang didapatkan
ketika melihat. Dan yang terkhir ialah mulut. Di mana melalui mulut inilah
manusia berbicara. Menggunakan lida dengan baik benar-benar merupakan suatu
berkat dari Tuhan (Amsal 16:1).
PEREMPUAN:
SESAMA PENYANDANG GAMBAR ALLAH
·
Deskriptif dan
Preskriptif
Yang harus dipahami pertama ialah pengertian dari
deskriptif(gambaran ideal) dan preskriptif(given
facts), dan di mana dalam keadaannya dalam masyarakat Israel kuno memiliki
gambaran ideal (Deskriptif)
·
Teks-teks
Deskriptif
Jika kita lihat dalam teks-teks Alkitab yang deskriptif,
menggambarkan dengan gamblang tentang rendahnya kedudukan wanita yang malahan
terkesan tidak ada pembelaan dalam teks tersebut (justru seperti Allah
melibatkan diri dalam tindakan diskriminasi tersebut). Berikut ada beberapa
contoh yang menggambarkan tindakan-tindakan itu dalam PL. Adanya praktik poligami
yang terjadi pada masa itu (seperti Lamekh dan Raja Salomo). Lalu Abraham (Bapa
orang beriman) melakukan hal tersebut. Praktik poligami itu bisa terjadi karena
lemahnya kedudukan wanita dibanding laki-laki. Dalam praktik poligami ini pun
di atur dalam Hukum Taurat, dan tidak mendapat kritik sama sekali dalam PL.
Meskipun praktik monogami belum dipahami pada saat itu bukan berarti Allah
membiarkan praktik poligami itu berlangsung. Lalu ada juga sebuah hukum yang
memperbolehkan suami menceraikan istri, tetapi tidak untuk sebaliknya. Hal ini
memang sangat jauh berbeda dengan keadaan di negeri-negeri sekitar Israel.
Seperti di Babel, istri boleh mendapatkan harta. Dan di Mesir, istri justru
sering menjadi kepala rumah tangga. Lalu dari segi rohani juga terdapat
peraturan bahwa seorang perempuan yang tidak boleh memiliki jabatan sebagai
imam. Selain karena imam bukanlah jabatan yang sembarangan (harus dari
keturunan pilihan). Dan atas kasus dalam PL itulah yang menjadi alasan di jaman
modern ini untuk tidak mentahbiskan perempuan sebagai pejabat gereja.
·
Supresi
Unsur-unsur Non-Patriaki
Sebuah fakta yang sudah pasti diketahui ialah sistem
Patriaki yang berlaku dalam masyarakat `Israel di PL, di mana dalam sistem
Patriaki ini laki-laki lah yang berkuasa dan wanita harus tunduk. Meskipun
memang sempat ada sistem Non-Patriaki yang berlangsung, tetapi masa itu tidak
bertahan lama. Ada beberapa bukti dari Non-Patriaki.
Yang pertama, ada jejak berlakunya garis keturunan
menurut ibu atau sistem kekeluargaan berdasarkan hubungan darah dengan ibu
(matrilineal). Dalam hal ini terdapatlah istilah endogami (anak-anak seayah bukan seibu), contohnya ialah Abraham
dengan Sara yang seayah tapi tidak seibu, sehingga keduanya boleh menikah. Apa
yang dilakukan oleh Abraham bukanlah suatu pelanggaran, karena pada saat itu
peraturan untuk tidak boleh mengawini saudara kandung dari Hukum Taurat belum
dikeluarkan.
Yang kedua, yaitu ultimogeniture
(adik menjadi lebih penting daripada kaka sulung dan mewakili orang tua).
Contoh dalam kasus ini ialah ketika Yakublah yang menjadi cikal bakal Israel
dan ketika Manase menerim berkat Yakub (Kej. 48:14).
Yang ketiga, ialah tentang peran perempuan/istri yang
menentukan. Contohnya seperti Rahel dan Lea yang mengambil sebuh keputusan
untuk tidur dengan Yakub dan mereka juga jadi memiliki hak untuk memberi nama
kepada anak mereka masing-masing dan termasuk anak dari budak yang diberikan
Yakub. Hal itu sebenarnya bisa terjadi jika tidak ada anak laki-laki.
·
Teks Ambigu
·
Masa Penahiran
Seorang ibu yang baru melahirkan memerlukan masa
penahiran tergantung pada apakah anak yang lahir itu putra atau putri (Im.
12:1-8)
Kelahiran Masa Penahiran I Masa penahiran II
Putra 7 hari (sunat
hari ke-8) + 33 hari lagi
Putri 14 hari +
66 hari lagi
Mengenai catatan ini ada yang berpendapat bahwa, hal itu
bisa terjadi karena berkaitan dengan masyarakat patriarki yang membedakan
jender. Tetapi Walter Kaiser berpendapat berbeda. Hal itu terjadi bukan karena
adanya kedudukan yang timpang antara pria (superior) dan wanita (inferior),
karena berdasarkan jenis korban penghapus dosa yang diberikan adalah sama
(burung merpati atau tekukur, domba berumur setahun). Lalu penjelasan mengenai
sunat. Sunat itu sendiri berarti sebuah perjanjian antara umat dengan Allah
(Kej. 17:10-12). Dan sunat itu diberlakukan hanya untuk laki-laki di Israel
tidak untuk perempuan.
·
Nilai Orang yang
Diserahkan
Dalam Imamat 27:1-8 tertera nilai tebusan orang yang
diserahkan berbeda hampir separo menurut jenis kelamin.
Usia Laki-laki Perempuan
Di atas 60 tahun 15
syikal 10 syikal
20-60
tahun 50 syikal 30 syikal
5-20 tahun 20 syikal 10 syikal
1 bulan-5
tahun 5 syikal 3 syikal
Perbedaan nilai tebusan ini pun mengalami sebuah komentar
yang menganggap bahwa ini sebagai bukti adanya perendahan perempuan. Berkenaan
dengan perbedaan nilai tebusan ini kita harus melihatnya dari dua hal. Yang
pertama, konteks dalam Imamat 27 yang berbicara tentang status yang sudah diserahkan
bagi Tuhan (menjadi milik Tuhan). Ada beberapa nilai yang sudah ditentukan tapi
tidak semua bisa ditebus. Contoh yang bisa ditebus adalah persembahan hewan
kurban (ay. 11-13, 27), rumah (ay. 14-15), ladang (ay. 16-25), persepuluhan
hasil tanah (ay. 30-31). Dan jika persembahan hewan kurban (ay. 9-10) atau
ternak persepuluhan (ay. 32-33), itu hanya bisa ditukar dengan hewan yang
memiliki status kudus.
Yang kedua, berdasarkan ayat 2 itu memiliki arti sebuah
nazar (nzar mempersembahkan seseorang untuk pelayanan). Seperti Hana yang
mempersembahkan anaknya yang akan lahir. Jadi jika orang tersebut mau ditebus
maka nilainya bisa dilihat sesuai dengan peraturan yang berlaku. Fakta yang ditemukan
berkenaan dengan nilai perempuan lebih rendah dari laki-laki ialah berdasarkan
beratnya pekerjaan yang harus dilakukan yang tidak mungkin dilakukan oleh
wanita. Dan murahnya nilai tebusan itu dinilai dari beratnya pekerjaan yang
dilakukan dan umur orang yang akan ditebus. Jika usia produktif maka akan
semakin mahal nilainya, jika sudah lansia maka akan semakin murah.
·
Setara Namun
Berbeda
Di dalam Kejadian 1 itu dijelaskan mengenai kesetaran
antara pria dan wanita. Di mana pria dan wanita ini tidak ada yang lebih
unggul, karena keduanya mendapatkan mandat yang sama yaitu beranak cucu dan
bertambah banyak, lalu juga menyandang ciptaan yang diciptakan segambar dengan
Allah. Dalam ketidaksetaraan antara pria dan wanita ini tidak terjadi pada masa
lalu saja, tetapi juga terbawa sampai pada jaman sekarang.
·
Perbedaan Jender
o
Seks dan
Pernikahan
Allah tidak hanya menciptakan manusia itu pria dan wanita
saja, tapi juga seks. Dan dasar seks itu sebenarnya adalah sebuah hal yang
harus dihormati, bukanlah sebuah hal yang tabu dan dianggap sebagai sesuatu
yang harus di eluh-eluh kan yang pada dampaknya ialah seks bebas dan
pornografi. Oleh sebab itu sekarang kita harus memiliki pandangan yang berbeda
tentang pria dan wanita. Kedua perbedaan itu diciptakan bukan untuk ditentang,
melainkan hanya sebagai pembeda jenis atau identitas seksualnya saja ketika menikah.
Menikah adalah hal yang baik. Menikah adalah sebuah jalan
hidup yang harus diambil oleh manusia, kecuali ada pimpinan Tuhan yang
sebaliknya. Jika orang sudah menikah bukan otomatis merasa bahagia dalam
hidupnya, karena ketika menikah kebahagiaan itu harus diusahakan oleh pasangan
suami-istri. Jadi menikah itu adalah sesuatu yang umum yang dijalankan oleh
manusia. Tetapi jika tidak menikah pun kita tidak boleh memandang aneh
keputusan itu. Karena menikah atau tidak menikah haruslah diambil berdasarkan
pertimbangan yang matang, karena kedua keputusan itu memiliki lika-liku yang
berbeda-beda dan jika salah melangkah maka akan memiliki dampak yang berat. Lalu
dalam memilih pasang hidup itu juga diperlukan suatu usaha (aktif), dan kita
tidak bisa memakai kasus Adam yang mendapatkan Hawa tanpa usaha (pasif) dan
dibawa dalam kehidupan kita. Dan jangan lupa mempertimbangkan untuk memilih
pasangan hidup harus disertai dengan doa kepada Tuhan.
o
Bukan Makhluk
Lemah
Laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda bukan berarti
wanita adalah makhluk yang lemah dan harus selalu dilingungi. Karena jika acuan
kita adalah proses Hawa diciptakan, itu merupakan sesuatu yang keliru. Karena
ketika Hawa diciptakan dari rusuk Adam, itu memberikan arti bahwa Allah adalah
arsitek pembentukan manusia. Perempuan adalah makhluk yang kuat. Kenapa? Karena
wanit memiliki daya fisik yang kuat, lebih mampu mengendalikan emosi, daya
tahan tubuhnya lebih kuat, oleh sebab itu Allah tidak salah menempatkan rahim
pada wanita dan untuk mengandung selama 9 bulan. Lalu kesetaraan antara pria
dan wanita juga tidak bisa dilakukan secara merata. Karena ada perbedaan yang
cukup signifikan antara pria dan wanita. Contohnya dari bentuk tubuh.
o
Tuhan tanpa Jender
Penciptaan itu tidak bertujuan untuk menggabarkan bentuk
Allah seperti apa (mirip dengan ciptaannya), melainkan untuk menggambarkan
bahwa Allah tidak berjender ganda. Adanya aliran feminisme itu sebenarnya
disebabkan oleh orang yang memperumit tentang jender Allah dan yang
menggambarkan segala sesuatu dengan pria. Ketika Allah memilih untuk berada di
kaum Ibrani juga sebenarnya Allah sudah mempersiapkan segala sesuatunya seperti
yang terjadi pada jaman sekarang. Bahasa yang digunakan itu adalah kebudayaan
yang berasal dari masyarakat Patriarki, sehingga tidak perlu ditentang mengenai
jender Allah.
·
Gambar Allah
Kesalahan yang terjadi dalam point ini adalah ketika kita
menggambarkan Allah mirip dengan manusia, karena manusia diciptkan segambar
dengan Allah, diciptakan melebihi hewan, dan memiliki rasio. Sedangkan kesamaan
fisik itu oleh kelompok sosial Timur Dekat kuno itu digambarkan sebagai
kehadiran Allah. Berdasarkan analogi ini bukan berarti manusia itu menjadi
setara dengan Allah. Manusia hanya Gambar Allah, bukan Allah. Jadi kemuliaan
manusia tidak bisa menandingi kemuliaan Allah. Karena pada akhirnya nanti
manusia itu akan kembali pada debu. Untuk itulah sebagai manusia tidak boleh
mengambil kemuliaan Allah, yaitu dengan memanipulasi kemuliaan Allah untuk
kepentingan diri sendiri.
Gambar Allah yang diberikan pada manusia itu bertujuan
untuk menghadirkan atau menunjukkan Kedaulatan Allah dibumi dengan bertambah
banyak dan menaklukan bumi serta isinya. Ketika manusia diberikan mandat oleh
Tuhan untuk berkuasa atas bumi, bukan berarti manusia melakukan eksploitasi
seperti yang dilakukan jaman sekarang, melainkan untuk memanfaatkan semua yang
ada di bumi untuk kesejahteraan sesama manusia. Dan menegaskan bahwa dunia ini
bukanlah milik setan sekalipun hal itu kemudian tercoreng karena kejatuhan. Dan
keadaan ini dibiarkan sampai nanti kerajaan Allah dinyatakan sampai nanti
sepenuhnya.
·
Penolong yang Sepadan
·
Bukan Soal Siapa Lebih Tinggi
Perempuan sebagai penolong
itulah sebenarnya wanita diciptakan, bukan berarti bahwa wanita itu hanya
sebagai asisten yang berarti tidak memiliki inisiatif. Dan yang lebih parah
memang ketika ada pandangan bahwa wanita itu hanya memiliki kontrak menikah
padalah yang sebenarnya itu merupakan sebuah hubungan seumur hidup. Meskipun
arti dari kata ezer itu bentuknya
maskulin, tetapi juga tepat disandangkan kepada wanita. Tentunya tidak menolong
secara fisik.
·
Dalam Hal Apa Adam Perlu Ditolong?
Penolong yang sepadan itu diberikan kepada wanita berarti
bahwa fungsi wanita yang melengkapi kekurangan Adam yang memiliki kemampuan
yang terbatas. Lalu dalam hal apa Adam itu di tolong?
Pertama. Ketika Adam mengusahakan taman (berkaitan dengan
tanah), memang tidak dijelaskan mengusahakan taman itu sejauh apa dan
dipastikan bahwa Hawa tidak ikut campur dalam hal tanah itu. Dan tanah itu terkutuk
akibat Adam. Dan Hawa melahirkan dengan kesakitan. Jadi tidak ada hubungannya
dengan tanah karena tanah itu sendiri bukanlah tanggung jawab Hawa.
Kedua. Hal yang dilakukan Adam ialah memberi nama kepada
semua makhluk hidup. Dalam hal ini memang diperlukan pengetahuan untuk
membedakan hewan-hewan terutama yang memiliki kemiripan. Dan sangat jelas ini
tidak ada urusannya dengan Hawa karena Adam menyelesaikan pekerjaan itu barulah
Hawa muncul.
Ketiga. Dan untuk hal ini lah Adam tidak melakukannya
sendirian, yaitu beranak cucu. Maka diperlukanlah peran Hawa disini. Sekali
lagi jangan dibatasi peranan Hawa hanya sampai pada titik itu saja. Karena
melalui hal ini sangast jelas peran penolong Hawa atas ketidakmampuan Adam. Dan
ukuran menikah itu tidak didasari oleh adanya keturunan atau tidak ada
keturunan.
Yang akan ditekankan dari pernikahan ialah bukan soal
siapa yang lebih berkuasa, tapi berbicara tentang kesepadanan. Dan antara
suami-istri harus memiliki rasa saling membutuhkan, saling bergantung, dan saling
melengkapi.
· Kehadiran Hawa
Kehadiran Hawa ini sepertinya memang sudah ada dalam
skenarionya Allah. Karena kehadiran Hawa ini terjadi setelah Adam selesai
memberikan nama kepada semua hewan dan tumbuhan. Dan di duga selama proses
pemberian nama itu, Adam juga mencari pasangan yang sepadan dengan dia.
o
Suatu Kebutuhan
Binatang dan manusia ini memang diciptakan dari tanah,
tapi kedua makhluk hidup ini sangat jelas terliat perbedaannya yaitu dari
kodrat yang Allah berikan. Mengapa Allah memberikan pasangan yang sepadan
kepada Adam setelah ada perasaan butuh pasangan yang sepadan itu dalam diri
Adam? Jawabannya ialah supaya Adam menghargai pasangan yang sudah Allah
berikan, karena Adam mendapatkan Hawa bukan karena memang sudah ada dari
awalnya, tapi karena adanya perasaan butuh pasangan yang sepadan. Oleh sebab
itulah kita tidak boleh berpikir bahwa perempuan ini diciptakan tidak
berdasarkan rencana Allah dan hanya untuk merepotkan kaum laki-laki. Tapi semua
itu sudah Allah rencanakan sejak awalnya dan Hawa hadir karena adanya perasaan
butuh pasangan yang sepadan dalam diri Adam.
o
Asal-usul
Perempuan
Kehadiran Hawa tidak melalui proses yang sama dengan
Adam, tapi berasal dari tulang rusuk Adam. Dan hal ini tidak boleh dipahami sebagai
kerendahan perempuan, tapi justru harus dipandang bahwa laki-laki dan perempuan
ini sama-sama menyandang gelar Allah. Lalu dalam Kejadian 2 inilah kita
menyaksikan munculnya Hawa yang berasal dari tulang rusuk Adam yang diambil
pada saat dia tertidur. Lalu Allah mengantarkannya kepada Adam, seperti seorang
ayah yang menjodohkan anaknya. Berdasarkan hal inilah melambangkan Allah
sebagai pendiri lembaga perkawinan. Meskipun memang keinginan untuk kawin itu
memang sudah ada, tapi pada dasarnya semua itu karena ada kehendak Tuhan.
o
Relasi Saling
Bergantung
Disini kita akan menemukan bagaimana cara Adam
menggambarkan rasa saling membutuhkan itu. Yaitu dengan cara mengganti kata
panggilan kepada Hawa. Yang tadinya ialah ‘is’ menjadi ‘issa’, karena arti dari
‘issa’ itu adalah karena ia diambil dari laki-laki.
o
Bukan Superior
Penggunaan nama ‘issa’ ini bukanlah menggambarkan adanya
ketidaksejajaran antara pria dan wanita akibat kejatuhan, tetapi justru ketika
Adam mengganti nama panggilan kepada pasangannya menjadi Hawa itulah yang
menjadi hasil dari kejatuhan dan merusak kesederajatan antara pria dan wanita. Sebelum
kejatuhan lah keberadaan cinta yang murni antara pria dan wanita itu ada.
Karena pada saat Adam mengetahui bahwa ada perempuan yang hadir, tidak secara
spontan Adam langsung menganggap bahwa dirinya itu lebih superior daripada
perempuan itu. Malahan Adam terkejut dan bergembira menyambut kehadiran wanita.
Pada saat itu Adam sangat sadar bahwa perempuan itu bukan berasal dari tanah
tapi dari dirinya sendiri. Sehingga kita akan menemukan sifat saling
membutuhkan itu muncul dalam kitab PL. Meskipun berbeda jenis, seksual, tetapi
kodrat mereka sama. Ketika dalam PL disebutkan laki-laki harus meninggalkan
ayah dan ibunya, dan bersatu dengan istrinya. Hal itu harus dipahami sebagai
tuntutan kemandirian kepada kedua calon orang tua baru itu. Dimana mereka
memiliki tanggung jawab yang baru sehingga harus meninggalkan kehidupan lamanya
yang penuh kenyamanan dan sekarang harus bertanggung jawab atas keluarga barunya.
·
Kejadian 3:16
Untuk memahami ayat ini memang sangat berbeda dengan
Kejadian 2, oleh sebab itu diperlukan adanya ‘Observasi Sintaktikal’ dan
‘Observasi Leksikal’.
Problem
Kesetaraan Jender
·
Peradaban Maskulin
Kenyataan yang terjadi sampai pada hari ini adalah,
keistimewaan wanita hanya dapat dilihat dalam lagu-lagu saja, tapi kehidupan
nyatanya masih sangat berbeda jauh (peran dan kedudukannya). Dimana perempuan
hanya dianggap sebagai objek yang harus dinikahi, menurut pada suami, bersikap
manis, dan memberikan pengabdian kepada suami.
Salah satu contoh ketimpangan ialah ketika seorang
laki-laki/suami berkaier, itu diperbolehkan, tetapi jika istri berkarier akan
mendapatkan sorotan khusus dan harus mendapat ijin dari suami. Begitu juga jika
ada masalah, maka suami boleh segera marah tapi istri harus bisa menerima
masalah tersebut.
Perbedaan kedudukan ini juga ternyata memiliki dampak
yang lebih luas lagi, yang akhirnya secara tidak langsung menyudutkan kaum
wanita. Banyaknya pelanggaran-pelanggaran lebih mudah terjadi pada kaum wanita,
seperti pemerkosaan, kekerasan, perdagangan perempuan, dll. Sedangkan pada kaum
pria lebih cenderung berkuasa. Berdasarkan kasus-kasus dan penanganannya itu
bisa diartikan bahwa kodrat dan nasib kaum wanita memang sudah seperti itu.
Lalu selain secara peran dan kedudukan, bisa juga
disoroti dari segi struktural. Kenyataannya wanita memang berada dalam posisi
yang lebih lemah dibanding kaum pria. Dan hal itu terjadi karena pemikiran
bahwa perempuan adalah makhluk kedua, hanya untuk sex, dan diciptakan dari
tulang rusuk pria. Tetapi jika konsep bahwa perempuan dan laki-laki berbeda
seks tetapi dalam keadaan semartabat maka konsep yang ada di masyarakan
sekarang pastilah dapat dipatahkan.
·
Feminisasi Dunia Maskulin
Ketimpangan jender ini sebenarnya tidak terjadi secara
tiba-tiba dan penyebabnya itu dipengaruhi sejak masa kanak-kanak, dan
dipengaruhi oleh faktor ideologi, ekonomi, sosial, dan budaya.
Mengapa laki-laki itu rata-rata sikapnya keras dan penuh
dengan kekuasaan-kekuasaan? Hal itu disebabkan oleh lingkungannya yang mempertontonkan
sebuah peradaban yang cenderung memakai kekuatan fisik. Oleh sebab itulah
kebanyakan kaum pria ini lebih mendominasi tingkat kriminal atau
tindakan-tindakan negatif lainnya. Lalu setelah berjalannya tindakan-tindakan
negatif tersebut munculah gerakan feminisme yang ingin mendominasi dengan
kelembutan dan kesabaran. Yang harapannya ialah ingin meredam kehancuran dunia
dan membuatnya ke arah yang lebih baik. Untuk itulah kini sudah ada kaum wanita
yang masuk dalam dunia politik yang selama ini menjadi kaum pria.
·
Evaluasi atas Feminisme
Gerakan feminisme ini sebenarnya akibat dari adanya
dominasi kaum pria atas wanita. Gerakan ini juga sebagai bentuk emansipasi
wanita. Tujuannya ialah supaya apa yang laki-laki dapat lakukan, itu juga dapat
dilakukan oleh wanita.
Tetapi dibalik keinginan yang terlihat ‘hebat’ itu juga
memiliki dampak yang membuat sebuah ironi. Apa yang dikerjakan wanita sekarang
ini, dulu dianggap sebuah keanehan. Dan jika wanita melakukan apa yang sudah
biasa dilakukan dulu, justru malah menimbulkan perasaan ‘tidak berguna’.
Contohnya, jaman sekarang wanita yang berkarier, masuk dalam dunia politik, dan
berbisnis justru dianggap sukses dan hebat. Tetapi sangat tidak dianggap sukses
jika wanita hanya menjadi ibu rumah tangga atau pekerjaan seperti perawat dan
guru.
Dan pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa Feminisme itu
lebih memberi dampak negatif. Yang harus dilakukan sekarang ialah emansipasi
wanita, yaitu memberdayakan potensi-potensi perempuan bukan melawan dominasi
kaum pria.
· Solusi Struktural
Pada intinya apa yang sudah disepakati oleh dunia tidak
sejalan dengan apa yang terjadi di Indonesia. Menanggap melakukan
perayaan-perayaan seperti Hari Kartini, Hari Ibu, dan Hari Perempuan
Internasional sudah mendapatkan kesetaraan dengan kaum pria. Padahal jika
dilihat dari segi gaji saja seringkali lebih rendah dari kaum pria.
Dan persoalan yang utamanya ialah pemberian porsi yang
lebih kepada kaum wanita. Karena anggapan yang selama ini berjalan ialah bahwa
pekerjaan yang biasa dilakukan oleh wanita adalah pekerjaan-pekerjaan dalam
rumah. Jika sekarang di komunitas gereja dibentuk Komisi Wanita maka hal itu
sebenarnya tidak ada hubungannya dengan kesetaraan, justru malah memperkuat
fakta tentang keterbatasan dalam pekerjaan seorang wanita. Sebuah terobosan
akan terjadi jika adanya porsi-porsi kepemimpinan diterapkan secara rutin dalam
komunitas gereja. Dan juga kebijakan tentang pentahbisan pendeta dan khotbah
yang tadinya tidak bisa dilakukan oleh kaum wanita. Jika hal-hal itu dilakukan,
pastilah akan terjadi sebuah terobosan.
Mengapa Timbul Feminisme dan Teologi Feminis
·
Dominasi Kaum Laki-laki
Berdasarkan sejarah kehidupan yang sudah berlangsung
begitu lama telah membuat sebuah pola, yaitu bahwa kaum laki-laki akan lebih
menonjol sedangkan kaum perempuan akan menjadi makhluk kedua.
o
Dominasi kaum
laki-laki atas kaum perempuan pada umumnya dibenarkan oleh paham kodrat.
Menurut paham ini kaum laki-laki mendapatkan tanggung jawab yang lebih luas
dalam masyarakat karena sifatnya yang lebih kuat, biasa membuat perencanaan,
dan produktif. Sedangkan kaum wanita lebih kepada pekerjaan rumah tangga dan
sekitarnya karena sifarnya yang sebaliknya yaitu reproduktif, lemah lembut, dan
lebih kepada meneruskan keterampilan lamanya. Kodrat ini merupakan naluri
sesuai dengan penetapan ilahi.
o
Pandangan ini
dibenarkan oleh filsafat klasik, baik di Barat maupun di Timur. Peranan kaum
pria dalam kepemimpinan pun memang sudah sesuai dengan standard dan tidak ada
ketimpangan ternyata dalam hal ini.
o
Dalil bahwa
manusia sejati adalah laki-laki menyebabkan munculnya kecenderungan untuk
menilai perempuan dari sudut pandang laki-laki dengan menekankan
“kekurangan-kekurangannya” dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan hal
tersebut maka berakibat yang dianggap sebagai manusia sejati ialah laki-laki
saja, sedangkan perempuan hanya sebagai pelengkap. Dan contoh di Indonesia
ialah dalam “Deklarasi HAM”, di mana pokok-pokok tidak kelihatan. Karena wanita
sudah dianggap dan dimasukan dalam poin manusia.
o
Pengertian
tersebut mempunyai tiga akibat yang menentukan kehidupan kita:
a.
Jika kaum
laki-laki berkuasa, maka masyarakat berbentuk hirearkis dan dapat digambarkan
dengan suatu piramida. Dalam susunan hirearki/piramida ini sudah sangat jelas
bahwa tugas seorang perempuan yang berada dikalangan bawah akan mengalami
penindasan, baik dari pemimpin maupun dari suami. Maka sebab itu jika seorang
perempuan ingin keluar dari masalah itu dan mengambil jalan untuk sendiri tanpa
pendamping maka resikonya ialah dikucilkan. Di Indonesia juga ada upaya yang
dilakukan untuk menghapus diskriminasi terhadap kaum wanita. Tetapi pada
kenyataannya tidak berjalan demikian.
b.
Sejak abad ke-15,
tanah tidak lagi dilihat sebagai “ibu pertiwi” yang harus dihormati, melainkan
sebagai sumber kekayaan yang dapat diolah demi kepentingan “manusia”, terutama
golongan yang berpengetahuan dan bermodal. Akibat dari hal ini ialah keberadaan
negara yang tidak rasional akan mengalami perhambaan dan boleh ditaklukan demi
kepentingan “manusia” (golongan atas di dunia barat).
c.
Filsafat pun perlu
ditinjau kembali dan perlu mengangkat kepelbagaian realitas dan hidup. Realitanya
ialah bahwa wanita menginginkan sebuah kesetaraan sebagai makhluk hidup, tanpa
memandang perbedaan seks, budaya, agama, umur, dan bakat. Dan memandang wanita
sebagai orang yang sama-sama berakal budi.
o
Tradisi gereja
mengutamakan laki-laki. Kenyataannya penempatan wanita dalam posisi sebagai
pihak kedua dan tidak bisa menggambarkan figur Yesus itu terjadi di komunitas
gereja sampai saat ini.
·
Kajian Perempuan dan Soal Jender
Suatu alat penting dalam pembaruan itu disediakan oleh
kajian perempuan (women’s studies) yang mengangkat pemahaman jender yang
membuka pemikiran segar.
o
Ada beberapa sebutan-sebutan
yang menggambarkan posisi kaum laki-laki, dalam patriaki (pater = bapak, arkhe
= asal mula yang menentukan). Sebutan kaum feminis (femina = perempuan). Hal
ini berbeda dengan feminisme, dan feminisme ini juga sebenarnya dapat dianut
oleh kaum laki-laki. Lalu feminin dan maskulin itu hanya menggambarkan
perbedaan sifat saja.
o
A. Kelamin
(Inggris: sex), artinya kepada unsur fisik yang membedakan jenis fisik dan
jenis kelamin. Unsur ini ditentukan dari sejak lahir dan tidak akan berubah.
b. jender (Inggris: gender), artinya yaitu menunjuk pada
sebuah sifat laki-laki dan perempuan. Dan hal ini dapat berubah yang
dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan budaya yang berkembang.
o
Hasil penemuan
tersebut mempunyai akibat praktis dan teoritis. Ketika teorinya berkata,
“keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” maka harus disertai dengan
sebuah kegiatan yang bersifat mengubah sebuah ketimpangan antara laki-laki dan
perempuan.
o
Dalam poin ini
akan lebih menekankan kepada sebuah prioritas yang ditujukan pada kaum
laki-laki, baik dalam rumah tangga (orang dewasa) maupun dalam sekolah.
·
Pemahaman Kristen tentang Perempuan
Dengan sifat perempuan yang perasa, spontan, kerelaan
memberikan diri, kesukaan pada hal yang kecil dan indah tidak berarti bahwa keahlian
perempuan hanya terbatas pada hal-hal pribadi tetapi juga terwujud dalam
kehidupan bermasyarakat maupun dalam komunitas gereja.
o
Dalam tradisi
Kristen selalu terdapat dua aliran: 1) yang pertama, mementingkan segi
kelembagaan, ia berwujud hierarkis dan konservatif dan 2) yang kedua bersifat
nabiah, kritis terhadap ketidakadilan dan penggunaan kekuasaan. Dalam usaha
manusia atau golongan tertentu yang ingin menolong kaum-kaum yang tertindas
sebaiknya melakukannya dengan hati yang murni bukan untuk menunjukkan kekuasaan
pribadi/golongan.
o
Pada pertengahan
abad ke-20 ini muncul beberapa gereakan kenabian, yakni teologi pembebasan yang
memihak pada kaum miskin yang ditindas oleh tatanan ekonomi modern, teologi
feminisme yang berusaha memikirkan kembali teologi melalui sudut pandang
perempuan yang tertekan, dan teologi yang memikirkan pemeliharaan dunia ciptaan
Allah. Ketiga hal ini dengan jelas menantang konsep Patriakhi yang meremehkan
kaum perempuan dan menganggap bahwa kekayaan manusia itu berasal dari ilmu.
o
Teologi pembebasan
berpijak pada kenyataan bahwa Allah memihak pada orang-orang yang tertindas dan
yang dikesampingkan. Dasar Alkitab yang mereka gunakan itu pada akhirnya
berkembang sesuai dengan lingkungan masyarakat yang sedang berkembang. Seperti
di Amerika Latin yang memiliki tantangan yaitu soal kepemilikan dan penggunaan
tanah. Di Amerika Serikat “Black Theology” bertolak dari diskriminasi yang
dialami kaum Negro sebagai bekas budak. Dan berbeda juga dengan di Afrika yaitu
Allah menciptakan dunia yang satu.
·
Gerakan Perempuan dan Teologi Feminis
Sepanjang sejarah, muncul beraneka ragam usaha dan gerakan
yang mengangkat perempuan sebagai manusia bermartabat:
a.
Ketika hukum
Romawi berlaku di Eropa, keadaan perempuan ada dalam strata yang paling rendah.
Karena kekuasaan seorang gadis, dipegang oleh ayahnya. Seorang istri, oleh
suaminya. Dan seorang janda oleh anaknya laki-laki. Lalu gereja mengangkat
perempuan, mengangkat statusnya sebagai pribadi yang boleh menentukan status
hidupnya sendiri. di mana seorang perempuan tidak bisa dijodohkan oleh ayahnya
dalam menentukan pasangan hidupnya, bila mereka mengambil keputusan untuk
menjadi biarawati. Sehingga melalui hal itu bisa menjadi sebuah batu loncatan,
karena mereka memiliki pengetahuan sehingga bisa berpengaruh di lingkungan
masyarakat. Lalu pada abad ke-19 lah ada perjuangan untuk hak perempuan. Pokok
permasalahan yang harus di selesaikan ialah bagaimana supaya potensi kaum
wanita ini bisa di gunakan tidak dalam lingkup kecil saja tapi dalam lingkungan
masyarakat luas.
b.
Di Amerika emansipasi perempuan terkait dengan
emansipasi budak dan berakar pada kesadaran atas martabat setiap orang sebagai
makhluk ciptaan Allah. Emansipasi wanita ini ternyata tidak hanya dalam merebut
haknya untuk belajar, berprofesi, dan berpolitik tapi juga dalam bidang
seksual. Karena ada dalam masyarakat patriakit yang kuat. Dan ada juga ada kaum
minoritas yang radikal yang akan mengutamakan nilai kaum perempuan.
c.
Di Afrika sejumlah
kebudayaan tradisional menghormati perempuan sebagai penerus dan pemelihara
kehidupan. Karena perempuan merupakan penghasil. Seorang perempuan yang lansia
menjadi penasihat karena wibawanya. Tapi masih ada juga yang meremehkan kaum
perempuan. Oleh sebab itu para perempuan gereja menuntut pada komunitas gereja
supaya memperhatikan kedudukan perempuan.
d.
Di Asia perempuan
umum dilihat sebagai pelengkap laki-laki dan dihormati sebagai ibu. Perempuan
memang ada dalam kondisi yang sangat lemah, dalam hal hak atas warisan dan
kedudukan. Seperti di India, justru dari keluarga perempuan lah yang membayar
mas kawin kepada pihak calon suami. Lalu ada juga yang menjual
perempuan-perempuan muda. Dari hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa usaha
untuk mengangakat kedudukan perempuan masih dalam tahap perkembangan.
e.
Di Amerika Latin
warisan kekerasan kolonial masih berpengaruh kuat, misalnya perempuan harus
patuh kepada laki-laki. Usaha untuk mengangkat martabat perempuan dan anak sedang
dimulai disana, dengan adanya perempuan miskin yang sedang berusaha untuk
menghidupi keluarganya.
o
Gereja Katolik
secara resmi mempertahankan struktur patriarkal, baik secara praktis maupun
teoritis. Karena jika ada perempuan yang masuk dalam organisasi komunitas
gereja pun masih ada dibawah seorang bapa
(dalam struktur Katolik). Keterbukaan terhadap potensi kaum perempuan lebih
pada gereja Protestan, meskipun tradisi patriarkalnya masih terasa kuat.
o
Meskipun terdapat
teolog perempuan yang termasyhur di Eropa dan di Amerika, teologi feminis dalam
arti modern mulai berkembang di Amerika dengan nada radikal. Seperti Mary Daly
yang menjadi penggagas, dan dikembangkan oleh Elizabeth Johnson, Carter Heyward,
dll. Di Eropa Barat peolopornya ialah Elizabeth Moltmann-Wendel, Katharina
Halkes, dan Dorothea Soelle.
o
Teologi feminis di
Asia, Afrika, dan Amerika Latin lahir dari pengalaman rohani dan tanggung jawab
mereka yang merenungkan realitas Allah dan dunia. Ada tiga hal yang mereka
alami: pertama, mereka lahir dari kesengsaraan dan penghinaan kaum perempuan
dan sama-sama ingin memperoleh keutuhan hidup di segi yang lain. Kedua, nada
utama mereka adalah perjuangan dan hendak mengantarkan pertimbangan teologis ke
dalam gerakan yang sedang berorganisasi untuk memperoleh kemerdekaan. Ketiga, mereka
semua berakar dalam gereja dan mereka semua terlibat dalam proses pembebasan
untuk menghadapi situasi-situasi yang penuh tantangan.
o
Ekoteologi terkait
dengan pengalaman kaum miskin yang diusir dari tanah dan wilayah tempat nenek
moyang mereka hidup berabad-abad lamanya. Teologi ini berkaitan dengan situasi
dan kehidupan semua makhluk.
o
Aliran teologi
feminis pun tidak hanya satu. Dan itu di bagi dua, yang pertama ialah aliran
radikal yang akhirnya meninggalkan gereja dan mencari dewi. Sedangkan ada juga
yang tetap sibuk dalam kegiatan gerejawi. Di Amerika Serikat terjadi
pengelopokkan antara lain aliran feminis
(yang biasanya terdiri dari orang yang berpendidikan dan berakar pada golongan
menengah), womanist (yang berkulit
hitam dan berakar pada golongan bawah), dan mujeristas
(yang berakar dalam budaya Amerika Latin).
Sumber: Bunga Rampai, Tema-tema PL, & Hati Allah
bagaikan Hati Seorang Ibu (kompilasi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar